COANCHING MENUJU MERDEKA BELAJAR
Penulis : Agus samasatugu
A. Defenisi Coaching
1. Menurut Loop Institute of Coaching
Coaching adalah sebuah
proses membangun kesadaran diri untuk menemukan potensi terbaik melalui
percakapan bermakna untuk mencapai tujuan
2. Menurut
International Coaching Federation
Coaching sebagai bentuk kemitraan dengan klien
dalam proses pemikiran yang memprovokasi dan kreatif dalam menginspirasi mereka
untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional mereka
3. Menurut Sir John Whitmore
Coaching membuka kunci dari
potensi seseorang untuk memaksimalkan performanya. Hal tersebut membantu mereka
untuk belajar melalui proses coaching bukan dengan mengajarkan mereka.
4. Menurut
Bresser dan Wilson dalam Kaswan (2012:8)
coaching merupakan kunci pembuka potensi seseorang
untuk memaksimalkan kinerjanya, membantu seseorang untuk belajar daripada
mengajarinya. Inti dari coaching adalah memberdayakan orang dengan
memfasilitasi pembelajaran diri, pertumbuhan pribadi, dan perbaikan kinerja.
5. Menurut
KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
Pendampingan.
B. Istilah-istilah yang terkait
dengan coaching.
Coach = orang yang melatih / membimbing, Coachee = orang yang di latih / dibimbing, Coaching = kegiatan komunikasi antara coach dan coachee.
Hubungan antara coach dan
coanchee digambarkan bahwa Coach >< coachee ≠ guru >< siswa, Sebaik
dan seburuk apapun siswa guru tetap membimbing kearah tujuan yang lebih baiik.
C. Peran Coaching
Setiap
peserta didik adalah istimewa. Mereka sejatinya memiliki potensi tertentu
melebihi kita, gurunya. Untuk mengembangkan potensi peserta didik, tugas kita
sebagai guru adalah 'menuntun' mereka agar potensi yang mereka miliki dapat
bertumbuh kembang secara maksimal. Dalam konteks pemikiran pendidikan
yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara dimana guru merupakan pamong atau
orang yang ngemong peserta didik dapat memberikan tuntunan kepada peserta
didik melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan
kodrat anak bertumbuhkembang dan terpancar dalam dirinya. Coaching
merupakan salah satu proses ikhtiar dalam menuntun peserta didik untuk
menemukan kemampuan potensialnya dan mengembangkan kemampuan aktualnya.
Kemampuan potensial merupakan kemampuan yang belum terlihat atau belum
tergali serta belum teraktualisasikan. Kemampuan aktual merupakan kemampuan
yang sudah dimiliki pada saat itu dan sudah tampak dan membutuhkan
pengembangan lebih lanjut.
Masing-masing
peserta didik memiliki kecenderungan kemampuan yang berbeda-beda, ada yang
berkecenderungan terhadap kemampuan fisik psikomotorik, ada juga yang
berkecenderungan terhadap kemampuan personal dan kepribadian, seperti :
interaksi, komunikasi, adaptasi. Sedangkan peserta didik lainnya ada juga yang memiliki
keunggulan intelektual. Hal ini senada dengan apa yang diungkap oleh
Howard Gardner bahwa sejatinya manusia memiliki potensi kecerdasan yang beragam
(multiple intellegence), diantaranya adalah : (1) kecerdasan verbal-linguistik,
(2)kecerdasan logis matematik, (3)kecerdasan spasial visual, (3) kecerdasan
kinestetik, (4)kecerdasan musical, (5) kecerdasan intrapersonal, (6) kecerdasan
interpersonal, (7)kecerdasan naturalis, (8)kecerdasan eksistensial.
Untuk
itu sebagai guru tidak diperkenankan memandang peserta didik sebagai sosok yang
inferior dibandingkan dirinya, apalagi memandang rendah mereka. Tidak ada
peserta didik yang bodoh, yang ada adalah guru yang tidak tahu bagaimana
cara memaksimalkan potensi kecerdasan peserta didik. Sebagai guru, kita
kerap mengajar peserta didik dengan cara kita sendiri, bukan cara belajar
mereka. Inilah pentingnya diferensiasi dalam proses pembelajaran. Peserta didik
membutuhkan layanan pembelajaran yang mengakomodasi kemampuan mereka baik
kemampuan potensial maupun kemampuan aktual sehingga mereka dapat belajar
sesuai dengan potensi mereka dan dapat mengembangkan kemampuan aktual mereka.
Layanan pembelajaran seperti itulah yang memerdekan peserta didik. Mereka
tidak merasa tertekan dan terancam dalam belajar sehingga secara sosial
emosional mereka lebih merasakan kebahagiaan. Untuk merawat
kebahagian peserta didik, guru perlu melatihkan kemampuan sosial
emosional terhadap mereka sehingga mereka menjadi pribadi yang merdeka tidak
hanya secara lahir melainkan juga merdeka batin.
Merdeka
belajar hanya akan terwujud jika peserta didik menjadi dirinya sendiri yang
merdeka lahir batinnya. Untuk mengupayakan hal tersebut, seorang guru tidak
hanya lihat mempraktikkan kemampuan teaching, lebih dari itu praktik coaching
perlu terus diasah terutama terhadap peserta didik. Hal ini dikarenakan
coaching dapat mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab peserta didik akan
kemampuan potensial dan aktual yang dimilikinya sehingga dapat menyelesaikan
masalah dengan caranya sendiri dan dapat mengembangkan dirinya secara merdeka
sesuai dengan cara dan komitmennya sendiri.
Dalam
praktik coaching yang harus diperhatikan adalah membangun rasa percaya dan
nyaman antara coach dan coachee. Selain itu, setiap praktik
coaching semestinya ada permission to coach dan agenda coaching, seperti : ada
topik yang ingin dibahas, mengaitkan topik dengan tujuan yang diinginkan oleh
coachee, dan menanyakan tujuan spesifik yang diharapkan oleh coachee.
Sebagai seorang coach harus menunjukkan kepekaan pada lawan bicara,
menunjukkan empati pada coachee, tidak menyela pembicaraan, mendorong coachee
untuk focus pada agenda bukan pada hal-hal lain, dan tidak menghakimi.
Model
TIRTA adalah salah satu model dalam pelaksanaan coaching. TIRTA
merupakan kependekan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung
jawab (TIRTA). Seorang coach semaksimal mungkin dapat memperjelas tujuan yang
diinginkan oleh coachee dalam sesi coaching, untuk kemudian mengidentifikasi
realitas yang ada baik situasi, kemampuan, dan lainnya yang dihadapi oleh
coachee. Setelah itu, coach membantu coachee memperjelas pilihan-pilihan rencana
aksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sesi terakhir
coach mendorong coachee untuk berkomitmen terhadap pelaksanaan rencana aksi
yang akan dikerjakan. Dalam setiap sesinya, kemampuan mendengarkan efektif,
bertanya efektif perlu dikembangkan oleh coach. Seorang coach harus jeli
menangkap kata-kata kunci untuk dieksplorasi lebih jauh melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diluncurkan. Gunakan pertanyaan yang terbuka
sehingga coachee lebih terbuka mengungkapkan pernyataan-pernyataannya, selain
itu coach perlu meluncurkan pertanyaan yang menggugah sehingga coachee mampu
berefleksi diri atas apa yang ditanyakan oleh coach. Solusi ada pada diri
coachee sendiri, coach hanya memperjelas solusi yang sejatinya sudah dimiliki
oleh coachee.
D. Arah Kebijakan Coaching
1.
Coaching teman sejawat
Coaching pada umumnya
di laksanakan pada level perusahaan tetapi dalam dunia pendidikan akhir-akhir
ini mulai diterapkan, coaching teman sejawat bertujuan untuk (1)untuk
meningkatkan kinerja guru, (2)untuk menjalin hubungan baik. Coaching teman
sejawat berupa apapun yang Anda lakukan untuk menuntun, membimbing, mengarahkan
teman sejawat itulah proses coaching.
2.
Coaching Siswa
Coaching siswa jarang di lakukan,
dengan munculnya kurikulum merdeka ini baru muncul seminar-seminar yang
berbicara mengenai coaching di dunia pendidikan khususnya coaching yang
ditujukan kepada siswa. Coaching siswa bertujuan (1)membantu siswa untuk
menemukan akar permasalahan, (2)membantu siswa meningkatkan semangat belajar
(3)membantu siswa untuk memahami dirinya yang berkaitan dengan tujuan
belajarnya (4)membantu siswa untuk menjalani segala bentuk kegiatan di sekolah.
Dalam
coaching antara guru dan siswa perlu saling percaya, Guru percaya bahwa setiap
siswa memiliki potensi yang banyak untuk digali dan dieksplorasi. Sebagai
murid percaya bahwa gurunya adalah seorang fasilitator yang bisa mengembangkan
potensi mereka.
E.
Munculnya
Coaching
Sebagaimana telah saya katakan di
awal bahwa coaching adalah pendampingan, jadi coaching muncul setiap saat baik
pada siswa yang belum menemukan tujuan atau belum berkembang perlu coaching,
siswa yang telah berkembang perlu coaching, dan siswa yang sangat berkembang
juga perlu coaching, diminta atau tidak di minta oleh siswa proses coaching
segera beraksi, sebab hasil coaching ditemukan pada waktu yang lama jangan
sampai terlambat ini merugikan siswa itu sendiri.
Yang perlu penulis tekankan bahwa
proses coaching yang mendesak pada tingkat fase E yaitu siswa belum berkembang,
temukan siswa dari wajahnya yang memerlukan coaching dan segerahlah lakukan
tindakan aksi coaching pada siswa tersebut.
F. Jenis Pertanyaan Coasching
Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dikembangkan atau di sempurnakan oleh coach untuk coachee antara lain :
1. Mengapa kamu memilih sekolah di SMAN 1 Gu untuk
belajar ..?
2.
Mengapa kamu
harus belajar Fisika ..?
3.
Apakah
pilihan-pilihan kamu membuatmu lebih dekat dengan target belajarku?
4.
Apakah
perilakumu sudah mencerminkan apa yang ingin kamu capai?
5.
Apakah
kata-kata yang kamu ucapkan menolongmu dalam mencapai keberhasilan?
6.
Hal
apa yang akan kamu lakukan apabila aku mengalami frustrasi?
7.
Hal apa yang
akan kamu lakukan jika nilai ulangan tidak mencapai target.?
8.
Hal apa yang
kamu lakukan jika kamu telah melanggar tata tertib seperti lompat pagar..?
9.
Apa tiga
sumber pengetahuan yang sudah kamu temukan untuk membantumu mencapai target
belajar?
10.
Apa yang
sedang kamu butuhkan saat ini untuk menggembirakan guru saat
belajar..?
11.
Bagaimana kamu
menunjukkan bahwa kamu sedang berjalan ke target belajar yang lebih besar?
12.
Bagaimana kamu
mengatasi situasi negatif? Saat hal tersebut terjadi, apa yang biasanya kamu
katakan pada dirimu?
13.
Apa kata-kata
yang membuatmu memacu semangat belajarmu?
14.
Siapa
pahlawan/idola/tokoh favoritmu? Apa karakter dalam diri mereka yang kamu kagumi
yang menjadikan mereka tokoh favoritmu?
15.
Bagaimana kamu
kembali belajar dari awal setelah melakukan kesalahan?
16.
Apa dua atau
tiga tantangan yang menghambat kamu mencapai target belajarmu saat ini?
17.
Apakah ada
pola tertentu yang secara spesifik ingin kamu ubah untuk meningkatkan
belajarmu?
18.
Apa yang bisa menjadi penghalang kamu untuk mengubah pola buruk, untuk
meningkatkan prestasi belajarmu?
19.
Apakah
kamu di rumah menggunakan waktu dengan bijak?
20.
Apakah menghabiskan waktumu di rumah
selalu diisi dengan waktu belajar?
Pertanyaan-pertanyaan
Refleksi setelah Pembelajaran
1.
Apa yang
membuatmu tertarik saat belajar tadi? Mengapa?
2.
Apa yang
terpenting yang kamu pelajari hari ini? Mengapa itu penting?
3.
Apa yang ingin
kamu pelajari lebih lanjut? Mengapa?
4.
Apa yang membuat
kamu penasaran? Mengapa kamu penasaran dengan hal tersebut?
5.
Pada saat
melakukan apa kamu merasa paling bagus dalam belajar tadi? Mengapa?
6.
Ide apa yang kamu
dapatkan setelah belajar pada hari ini?
7.
Apakah kamu puas
dengan proses belajarmu hari ini? Mengapa?
8.
Apakah yang kamu
lakukan hari ini sudah mencapai tujuan (target) belajarmu?
9.
Apakah tantangan
yang kamu jumpai dalam proses belajar tadi?